Banyak Kata di Kepala
Terkadang hidup itu sangat membingungkan. Menginginkan yang sulit, tetapi melewatkan yang mudah. Memperjuangkan yang bukan hak milik, tetapi menyia-nyiakan yang sudah menjadi takdir. Mengingat yang berlalu, dan melupakan masa depan.
Jangan tanya kenapa, namanya juga manusia. Ketidaksempurnaan manusia adalah kesempurnaan. Bukankah begitu?
Tapi tetap saja, hidup menuntut manusia untuk selalu memilih, melakukan, mengatakan dan memutuskan hal-hal yang benar. Sehingga menimbulkan banyak kata di kepala.
Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi kepala tak henti bercerita. Menimbang baik buruk setiap perbuatan. Memikirkan apa yang sudah dan akan di lalui. Meratapi kata yang terlanjur diucapkan. Menyesali keputusan bahkan mengutuk takdir diri sendiri. Semua itu dikarenakan manusia ingin sempurna, sesuai tuntutan realita. Padahal, ketidaksempurnaan manusia adalah kesempurnaan.
Kata Almarhum Ustadz Jefri, manusia yang merasa beban hidupnya berat adalah manusia yang terlalu ikut campur urusan Allah SWT. Betul, saya setuju. Kata dosen saya, manusia hidup di dunia ini dengan membawa tiga ember. Ember pertama, sesuatu yang ada di dalam kuasa dan kendali manusia. Ember kedua, sesuatu yang dikendalikan oleh Allah tetapi masih bisa diusahakan manusia. Dan ember yang ketiga, sesuatu yang mutlak hanya bisa dikendalikan oleh Allah.
Terkadang, manusia salah langkah ketika diberi ember yang pertama. Manusia juga sering menyia-nyiakan kesempatan yang Allah beri di ember kedua. Tetapi malah mati-matian mengubah dan mengendalikan ember ketiga. Aneh bukan?
Padahal tugas manusia adalah fokus pada ember pertama, bekerja keras pada ember kedua dan berserah pada ember ketiga. Percaya saja, bahwa Allah adalah perancang skenario terbaik. Tugas manusia hanya berusaha dan berdo'a, sisanya berserah saja.
Kata Ustadz Hannan Attaki, "Pena sudah diangkat, dan kertas sudah kering. Lalu kenapa tidak berserah saja? Secara hakikat dan penerimaan manusia harus berserah, tetapi secara syariat tetap harus berusaha. Namun kembali, tanamkan dalam hati bahwa segala yang terjadi adalah yang terbaik"
Aku setuju, setuju sekali. Tapi, berbicara dan menulis itu mudah, yang sulit menjalaninya. Tapi sulit bukan berarti mustahil, kan?
Komentar
Posting Komentar